rasional.web.id – Generasi Millennial dan Gen Z sering kali dihadapkan pada tantangan finansial yang kompleks. Di tengah godaan gaya hidup modern, budaya konsumtif, serta pengaruh media sosial, banyak anak muda yang terjebak dalam kebiasaan finansial yang dapat merusak masa depan mereka.
Artikel ini akan membahas berbagai kebiasaan yang sebaiknya dihindari oleh Millennial dan Gen Z agar mereka dapat mencapai kestabilan finansial dan meraih tujuan jangka panjang.
1. Kurangnya Kesadaran Akan Perencanaan Keuangan
Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan oleh generasi muda adalah mengabaikan pentingnya perencanaan keuangan.
Banyak dari mereka yang merasa terlalu muda untuk berpikir tentang perencanaan finansial, atau bahkan merasa uang yang mereka miliki sudah cukup untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Mengapa Ini Berbahaya?
Tanpa perencanaan keuangan yang jelas, mereka cenderung menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak penting tanpa memikirkan dampaknya pada masa depan.
Tanpa rencana, mereka juga tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai tujuan keuangan yang ingin dicapai, seperti membeli rumah, mempersiapkan dana pensiun, atau mengantisipasi kebutuhan darurat.
Cara Mengatasinya
Mulailah dengan membuat anggaran bulanan dan tentukan prioritas keuangan. Sisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan atau investasi jangka panjang, serta alokasikan dana darurat setidaknya sebesar 3-6 bulan dari pengeluaran bulanan.
2. Terlalu Mengandalkan Kartu Kredit dan Pinjaman Online
Saat ini, akses terhadap kartu kredit dan pinjaman online semakin mudah. Bagi Millennial dan Gen Z, godaan untuk membeli barang dengan sistem kredit atau pinjaman sangatlah besar, terutama karena proses pengajuannya yang cepat dan tanpa jaminan.
Mengapa Ini Berbahaya?
Meskipun tampak praktis, penggunaan kartu kredit dan pinjaman online yang berlebihan dapat membebani kondisi finansial dengan bunga tinggi dan biaya tambahan lainnya.
Kebiasaan ini dapat membuat seseorang terjebak dalam utang yang sulit dilunasi, sehingga mengurangi kemampuan untuk menabung atau berinvestasi.
Cara Mengatasinya
Gunakan kartu kredit hanya untuk keperluan mendesak, dan usahakan untuk melunasi tagihan sebelum jatuh tempo. Jika perlu, batasi jumlah kartu kredit atau pinjaman yang dimiliki, dan hindari penggunaan pinjaman online kecuali dalam kondisi darurat.
3. Budaya Konsumtif dan FOMO (Fear of Missing Out)
Fenomena FOMO atau “takut ketinggalan tren” sering kali mendorong Millennial dan Gen Z untuk mengeluarkan uang demi mengikuti gaya hidup tertentu, baik untuk sekadar tampil stylish atau membeli gadget terbaru.
Mengapa Ini Berbahaya?
Mengikuti tren atau gaya hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan finansial hanya akan membawa beban keuangan yang tidak perlu. Selain itu, FOMO juga dapat mengakibatkan pengeluaran yang tidak terkontrol, sehingga menyulitkan untuk menabung atau berinvestasi.
Cara Mengatasinya
Tetapkan batasan finansial dan tentukan prioritas pengeluaran. Hindari berbelanja hanya karena tren, dan pertimbangkan apakah barang atau pengalaman yang akan dibeli benar-benar penting.
4. Mengabaikan Investasi
Banyak Millennial dan Gen Z yang merasa takut atau kurang paham tentang investasi, sehingga mereka lebih memilih menyimpan uang di tabungan daripada mengalokasikannya ke instrumen investasi yang dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Mengapa Ini Berbahaya?
Menunda investasi membuat potensi keuntungan yang dapat diperoleh menjadi lebih kecil. Dalam jangka panjang, menabung tanpa investasi juga dapat membuat uang tergerus inflasi, yang menyebabkan nilai uang berkurang dari waktu ke waktu.
Cara Mengatasinya
Pelajari dasar-dasar investasi seperti reksa dana, saham, atau obligasi. Manfaatkan platform investasi yang ramah pemula, dan mulai dengan nominal kecil untuk memahami cara kerja pasar.
Semakin cepat memulai investasi, semakin besar manfaat yang akan diperoleh di masa depan.
5. Tidak Memiliki Dana Darurat
Dana darurat adalah salah satu pilar keuangan yang penting untuk mengatasi kejadian tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, kecelakaan, atau kebutuhan mendadak lainnya.
Namun, banyak anak muda yang cenderung mengabaikan pentingnya memiliki dana darurat.
Mengapa Ini Berbahaya?
Tanpa dana darurat, kejadian tak terduga dapat mengganggu stabilitas finansial seseorang.
Hal ini membuat seseorang harus berutang atau menggunakan kartu kredit dengan bunga tinggi untuk menutupi kebutuhan mendesak.
Cara Mengatasinya
Sisihkan sebagian penghasilan setiap bulan untuk dana darurat hingga mencapai jumlah yang ideal, yaitu sekitar 3-6 kali pengeluaran bulanan.
Tempatkan dana darurat di rekening terpisah yang mudah diakses namun tidak terlalu mudah diambil.
6. Tidak Membuat Rencana Jangka Panjang
Mengelola keuangan tanpa memiliki rencana jangka panjang seperti membeli rumah, melanjutkan pendidikan, atau persiapan pensiun adalah kesalahan yang sering terjadi di kalangan Millennial dan Gen Z.
Mengapa Ini Berbahaya?
Tanpa rencana jangka panjang, seseorang tidak memiliki arah yang jelas dalam mengelola keuangan. Hal ini membuat penghasilan mereka hanya digunakan untuk kebutuhan saat ini, tanpa ada persiapan untuk masa depan.
Cara Mengatasinya
Tentukan tujuan jangka panjang sejak dini dan buat perencanaan yang realistis untuk mencapainya. Misalnya, buatlah perencanaan untuk membeli rumah dalam 10 tahun atau mulai mempersiapkan dana pensiun sejak usia 20-an atau 30-an.
7. Tidak Mencari Sumber Pendapatan Tambahan
Bergantung pada satu sumber pendapatan dapat membuat finansial seseorang rentan terhadap perubahan atau kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Banyak Millennial dan Gen Z yang merasa cukup dengan satu pekerjaan tetap tanpa mencari tambahan pendapatan dari peluang lainnya.
Mengapa Ini Berbahaya?
Mengandalkan satu sumber penghasilan dapat menimbulkan risiko finansial jika terjadi pemutusan hubungan kerja atau kondisi darurat lainnya. Selain itu, kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial menjadi terbatas.
Cara Mengatasinya
Pertimbangkan untuk mencari penghasilan tambahan dari pekerjaan sampingan, investasi, atau bisnis kecil-kecilan. Misalnya, mulai berjualan online, melakukan freelance, atau berinvestasi di instrumen yang sesuai dengan profil risiko.
8. Terlalu Fokus Pada Pengalaman Daripada Investasi Aset
Banyak Millennial dan Gen Z yang mengutamakan pengalaman hidup seperti traveling, kuliner, atau hiburan ketimbang mengalokasikan uang mereka untuk investasi atau pembelian aset produktif.
Mengapa Ini Berbahaya?
Meskipun menikmati pengalaman hidup itu penting, mengabaikan investasi aset jangka panjang dapat menghambat peluang untuk meningkatkan kesejahteraan finansial. Investasi aset seperti properti atau saham dapat memberikan keuntungan jangka panjang yang lebih baik dibandingkan hanya menghabiskan uang untuk pengalaman.
Cara Mengatasinya
Tetapkan alokasi khusus untuk pengalaman hidup, namun jangan lupa untuk tetap mengalokasikan sebagian penghasilan untuk investasi. Dengan cara ini, keseimbangan antara menikmati hidup dan merencanakan masa depan dapat tercapai.
Menghindari kebiasaan-kebiasaan finansial yang merusak adalah langkah awal menuju kehidupan finansial yang sehat.
Millennial dan Gen Z sebaiknya lebih bijak dalam mengelola uang, memahami perencanaan keuangan, dan memiliki tujuan jangka panjang yang jelas.
Dengan menerapkan kebiasaan finansial yang baik, generasi muda dapat mencapai kestabilan finansial dan mempersiapkan masa depan yang lebih cerah.