rasional.web.id – Pernahkah kamu merasa bahwa kebiasaan buruk lebih mudah datang dalam hidupmu dibandingkan kebiasaan baik? Kalau jawabannya iya, kamu tidak sendirian. Faktanya, banyak orang mengalami hal yang sama. Seperti begadang, makan makanan cepat saji, atau menunda-nunda pekerjaan sering kali terbentuk tanpa kita sadari.
Sebaliknya, yang baik seperti rutin berolahraga, makan sehat, atau membaca buku membutuhkan usaha yang lebih besar dan konsistensi. Tapi, mengapa hal ini bisa terjadi?
Apa yang membuat yang buruk lebih mudah terbentuk ketimbang kebiasaan baik? Dalam artikel ini, kita akan membahas psikologi di balik proses pembentukan dan mengapa hal ini bisa sangat memengaruhi hidup kita.
Apa Itu Habit? Pengertian Sederhana yang Perlu Kamu Ketahui
Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita pahami dulu apa itu habit atau kebiasaan. Habit adalah perilaku yang dilakukan secara otomatis dan berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari, biasanya karena pengaruh lingkungan atau kondisi tertentu.
Kebiasaan bisa jadi positif, seperti bangun pagi dan langsung berolahraga, atau negatif, seperti mengonsumsi makanan manis yang berlebihan. Ini bisa terbentuk karena repetisi atau pengulangan yang konsisten dalam jangka waktu yang lama.
Kenapa Kebiasaan Buruk Lebih Mudah Terbentuk?
Jika kamu merasa kebiasaan buruk lebih mudah datang dalam hidup, kamu tidak salah. Ada beberapa alasan mengapa kebiasaan buruk lebih mudah terbentuk daripada kebiasaan baik, dan semuanya berkaitan dengan cara otak kita berfungsi.
1. Otak Mencari Kenyamanan dan Penghargaan Instan
Salah satu alasan utama mengapa yang buruk lebih mudah terbentuk adalah karena otak manusia cenderung mencari kenyamanan dan penghargaan instan. Saat kita melakukan sesuatu yang memberikan kenikmatan langsung, seperti makan makanan yang manis atau menonton TV sepanjang malam, otak kita melepaskan dopamin, hormon yang memberi kita perasaan senang dan puas.
Kebiasaan buruk sering kali memberikan hasil yang cepat, dan otak kita sangat suka dengan itu. Misalnya, makan junk food dapat langsung memberi rasa kenyang dan enak, sementara berolahraga membutuhkan waktu dan usaha yang lebih lama untuk memberikan hasil yang terlihat, seperti penurunan berat badan atau peningkatan energi.
2. Proses Pembentukan Kebiasaan Buruk Lebih Sederhana
Kebiasaan buruk lebih mudah dibentuk karena proses pembentukannya cenderung lebih sederhana. Seperti merokok, begadang, atau menunda pekerjaan bisa terbentuk dengan sedikit usaha. Ini karena yang buruk biasanya tidak membutuhkan banyak perencanaan atau disiplin. Selain itu, yang buruk sering kali dimulai dengan sesuatu yang sederhana dan tampaknya tidak berbahaya. Misalnya, satu malam begadang tidak akan langsung menghancurkan kesehatan, tetapi ini jika dibiarkan berkembang akan sangat berdampak buruk bagi tubuh kita.
Sebaliknya, kebiasaan baik seringkali membutuhkan komitmen dan perencanaan yang lebih matang. Contohnya, mulai berolahraga secara teratur atau membuat menu makanan sehat untuk seminggu penuh memerlukan waktu, usaha, dan perubahan pola pikir yang lebih besar. Ini yang membuat banyak orang kesulitan untuk mempertahankan yang baik dalam jangka panjang.
3. Faktor Lingkungan dan Pengaruh Sosial
Lingkungan kita juga memainkan peran penting dalam pembentukannya. Kebiasaan buruk sering kali didorong oleh lingkungan yang mendukungnya, seperti teman yang suka begadang atau budaya yang mempromosikan makan makanan cepat saji. Misalnya, jika teman-temanmu selalu merokok atau makan junk food bersama, kamu akan lebih mudah terpengaruh untuk melakukan hal yang sama.
Sementara itu, kebiasaan baik sering kali membutuhkan lingkungan yang mendukung dan memotivasi. Kalau kamu ingin mulai berolahraga, misalnya, akan lebih mudah jika kamu memiliki teman yang juga aktif berolahraga. Tanpa adanya dukungan sosial yang kuat, yang baik bisa jadi terasa lebih sulit untuk dijalani.
4. Ketergantungan Pada Perasaan Positif Jangka Pendek
Kebiasaan buruk sering kali mengarah pada perasaan positif jangka pendek. Merokok, misalnya, memberikan rasa tenang sementara, dan begadang mungkin memberikan waktu ekstra untuk bekerja atau bersenang-senang, meskipun pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan.
Sementara itu, seperti berolahraga atau menghindari makanan tidak sehat, cenderung tidak memberikan kepuasan langsung. Dibutuhkan waktu untuk melihat perubahan positif yang nyata, seperti penurunan berat badan atau peningkatan energi. Proses yang lebih lambat ini bisa membuat orang cenderung mengabaikannya demi yang buruk yang menawarkan hasil lebih cepat.
Mengapa Kebiasaan Baik Lebih Sulit Dibentuk?
Memang, kebiasaan buruk lebih mudah dibentuk, tetapi bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dimiliki. Meskipun membutuhkan lebih banyak usaha, kebiasaan baik memberikan banyak manfaat dalam jangka panjang. Namun, mengapa ini lebih sulit dibentuk? Berikut beberapa alasan yang menjelaskannya.
1. Dibutuhkan Konsistensi yang Lebih Lama
Salah satu tantangan utama dalam membentuknya adalah konsistensi. Kebiasaan ini, seperti berolahraga setiap hari atau makan sehat, membutuhkan disiplin dan pengulangan yang terus-menerus. Proses ini membutuhkan ketekunan untuk tetap berpegang pada tujuan meskipun hasilnya belum terlihat dalam waktu dekat. Jika kamu berusaha untuk membentuknya, kamu akan sering merasa kesulitan di tengah jalan, apalagi saat hasilnya belum segera tampak.
2. Memerlukan Perubahan Pola Pikir
Membangun kebiasaan baik sering kali melibatkan perubahan pola pikir atau mindset. Untuk mulai berolahraga secara teratur, misalnya, kamu perlu mengubah cara pandang tentang kesehatan dan kebugaran. Juga mengharuskan kita untuk lebih memprioritaskan jangka panjang dibandingkan gratifikasi instan. Ini mungkin terasa sulit, terutama di dunia yang serba cepat seperti sekarang, di mana kita cenderung lebih memilih kepuasan yang langsung.
Mengubah Kebiasaan Buruk Menjadi Kebiasaan Baik: Langkah-Langkah Praktis
Sekarang kita sudah paham kenapa yang buruk lebih mudah terbentuk, namun itu bukan berarti kita tidak bisa mengubahnya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kamu coba untuk mengubah yang buruk menjadi kebiasaan baik:
1. Mulai dengan Langkah Kecil
Jika kamu ingin mengubah yang buruk, jangan langsung memaksakan perubahan besar. Mulailah dengan langkah kecil yang realistis. Misalnya, jika kamu ingin mulai berolahraga, coba jalan kaki 10 menit setiap hari, lalu perlahan tingkatkan durasi atau intensitasnya.
2. Tentukan Tujuan yang Jelas dan Terukur
Agar lebih mudah membentuknya, tentukan tujuan yang jelas dan terukur. Ini akan memberikan arah yang jelas dan memotivasi kamu untuk tetap konsisten. Misalnya, jika tujuannya adalah menurunkan berat badan, buat target yang spesifik, seperti “menurunkan 1 kg per bulan.”
3. Gunakan Pengingat dan Dukungan Sosial
Menggunakan pengingat atau reminder bisa sangat membantu dalam membentuknya. Selain itu, memiliki teman atau kelompok yang mendukung juga bisa membuat perjalananmu lebih mudah. Mereka bisa memberikan dorongan dan motivasi saat kamu merasa malas atau kehilangan semangat.
4. Beri Penghargaan pada Dirimu Sendiri
Setelah berhasil menjaga konsistensi dalam menjalani kebiasaan baik, beri penghargaan pada dirimu sendiri. Ini bisa berupa hal kecil, seperti menikmati makanan sehat favorit setelah berolahraga atau memberi waktu untuk bersantai setelah beberapa hari disiplin.
Proses pembentukannya memang bukan hal yang mudah, tetapi dengan pemahaman yang tepat tentang psikologi di baliknya, kita bisa mengubah yang buruk menjadi kebiasaan baik.
Meskipun kebiasaan buruk lebih mudah terbentuk karena faktor kenyamanan dan penghargaan instan, kebiasaan baik tetap memiliki dampak yang lebih positif dalam jangka panjang.
Dengan konsistensi, perubahan pola pikir, dan dukungan dari lingkungan sekitar, kamu pasti bisa membentuk kebiasaan baik yang membawa manfaat besar dalam hidupmu.